Friday, 10 January 2014

[Info] 20 PERKARA YANG BERUBAH SELEPAS ANDA MEMPUNYAI ANAK!

\
Sering kali rakan-rakan kita memberi peringatan kepada kita ketika kita sedang mengandungkan anak pertama. “Kau tidurlah puas-puas, nanti dah ada anak mesti tak cukup tidur”...Betul kan? Dan yang pasti, selepas mempunyai anak, banyak yang akan berubah dalam hidup kita. Kita akan mempunyai kekangan wang, tidak cukup tidur dan tanggungjawab yang lebih besar perlu digalas. Tetapi apabila seluruh kehidupan kita bertumpu kepada anak kesayangan kita, sebenarnya, banyak perkara yang menarik akan berlaku.

1- Kita menemui kekuatan dalaman tanpa kita sedar. 

2- Kita akan merindui saat 9 bulan kehamilan kita walaupun terpaksa mengendong perut yang boyot!! 

3- Kita tidak lagi memerlukan jam. Sebaliknya, bayi kita yang menetapkan jadual harian kita. Adakalanya bayi kita bangun seawal jam 4 pagi!! 

4- Kita akan menghormati dan mengasihi ibu bapa kita sendiri dengan cara yang baru. 

5- Jika anak kita sakit, kita yang akan mengalami rasa lebih teruk berbanding kita yang sakit.. 

6- Kita tidak keberatan tidur pada pukul 9 malam pada malam Jumaat... 

7- Perasaan kita akan lebih mudah tersentuh atau berkecil hati apabila berlaku hal-hal berkaitan dengan anak. 

8- Kita akan lebih kerap melihat anak kita di dalam cermin berbanding melihat diri kita sendiri. 

9- Kita tidak lagi jijik dengan najis bayi, sebaliknya kita akan Happy bila anak kita poo-poo! 

10- Kita akan lebih menghargai diri kita. 

11- Kita lebih rela meluangkan masa untuk peluk dan cium anak kita, walaupun kita tahu kita akan sampai lewat ke tempat kerja. 

12- Kita mula menyedari, yang kita punyai kuasa yang hebat bila dapat menenangkan anak kita yang sedang menangis. 

13- Kita akan sentiasa mengira gigi anak yang baru tumbuh. 

14- Kita akan rasakan yang mempunyai anak lagi bukanlah satu masalah yang besar, malah kita amat sukannya. 

15- Apabila kita melihat ada ibu bapa lain yang sedang memegang anak mereka yang sedang menangis, kita akan faham situasi mereka. 

16- Kita akan menghargai masa mandi kita walaupun ianya dalam masa yang singkat! 

17- Akhirnya, kita akan mula bertegur sapa dengan jiran sebelah selepas mempunyai anak! 

18- Kita akan dapati, perkara-perkara yang dulunya kita anggap penting kini tidak lagi selepas adanya anak. 

19- Kita sedar yang sebenarnya tidak sukar untuk menyayangi anak kita yang pada mulanya kita anggap dia adalah orang asing. 

20- Setiap hari kita adalah sesuatu yang penuh dengan kejutan! Like N Share

Jangan Sebut Anak Anda “Nakal”




“Anak saya ini nakal sekali”, kata seorang ibu.
“Kamu itu memang anak nakal”, kata seorang bapak.

Kalimat itu sering kita dengarkan dalam kehidupan sehari-hari. Sangat sering kita mendengar orang tua menyebut anaknya dengan istilah nakal, padahal kadang maksudnya sekadar mengingatkan anak agar tidak nakal. Namun apabila anak konsisten mendapatkan sebutan nakal, akan berpengaruh pada dirinya.

Predikat-predikat buruk memang cenderung memiliki dampak yang buruk pula. Nakal adalah predikat yang tak diinginkan oleh orang tua, bahkan oleh si anak sendiri. Namun, seringkali lingkungan telah memberikan predikat itu kepada si anak: kamu anak nakal, kamu anak kurang ajar, kamu anak susah diatur, dan sebagainya. Akibatnya, si anak merasa divonis.

Hindari Sebutan Nakal

Jika tuduhan nakal itu diberikan berulang-ulang oleh banyak orang, akan menjadikan anak yakin bahwa ia memang nakal. Bagaimanapun nakalnya si anak, pada mulanya tuduhan itu tidak menyenangkan bagi dirinya. Apalagi, jika sudah sampai menjadi bahan tertawaan, cemoohan, dan ejekan, akan sangat menggores relung hatinya yang paling dalam. Hatinya luka. Ia akan berusaha melawan tuduhan itu, namun justru dengan tindak kenakalannya yang lebih lanjut.

Hendaknya orang tua menyadari bahwa mengingatkan kesalahan anak tidak identik dengan memberikan predikat “nakal” kepadanya. Nakal itu —di telinga siapa pun yang masih waras— senantiasa berkesan negatif. Siapa tahu, anak menjadi nakal justru lantaran diberi predikat “nakal” oleh orang tua atau lingkungannya!

Mengingatkan kesalahan anak hendaknya dengan bijak dan kasih sayang. Bagaimanapun, mereka masih kecil. Sangat mungkin melaku­kan kesalahan karena ketidaktahuan, atau karena sebab-sebab yang lain. Namun, apa pun bentuk kenakalan anak, biasanya ada penyebab yang bisa dilacak sebagai sebuah bahan evaluasi diri bagi para pendidik dan orang tua.

Banyak kisah tentang anak-anak kecil yang cacat atau meninggal di tangan orang tuanya sendiri. Cara-cara kekerasan yang dipakai untuk menanggulangi kenakalan anak seringkali tidak tepat. Watak anak sebenarnya lemah dan bahkan lembut. Mereka tak suka pada kekerasan. Jika disuruh memilih antara punya bapak yang galak atau yang penyabar lagi penyayang, tentu mereka akan memilih tipe kedua. Artinya, hendaknya orang tua berpikiran “tua” dalam mendidik anak-anaknya, agar tidak salah dalam mengambil langkah.

Sekali lagi, jangan cepat memberi predikat negatif. Hal itu akan membawa dampak psikologis yang traumatik bagi anak. Belum tentu anak yang sulit diatur itu nakal, bisa jadi justru itulah tanda-tanda kecerdasan dan kelebihannya dibandingkan anak lain. Hanya saja, orang tua biasanya tidak sabar dengan kondisi ini.

Ungkapan bijak Dorothy Law Nolte dalam syair Children Learn What They Live berikut bisa dijadikan sebagai bahan perenungan,

Bila anak sering dikritik, ia belajar mengumpat

Bila anak sering dikasari, ia belajar berkelahi

Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu

Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah

Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar

Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai

Bila anak mendapatkan haknya, ia belajar bertindak adil

Bila anak merasa aman, ia belajar percaya

Bila anak mendapat pengakuan, ia belajar menyukai dirinya

Bila anak diterima dan diakrabi, ia akan menemukan cinta.

Cara Pandang Positif

Hendaknya orang tua selalu memiliki cara pandang positif terhadap anak. Jika anak sulit diatur, maka ia berpikir bahwa anaknya kelebihan energi potensial yang belum tersalurkan. Maka orang tua berusaha untuk memberikan saluran bagi energi potensial anaknya yang melimpah ruah itu, dengan berbagai kegiatan yang positif. Selama ini anaknya belum mendapatkan alternatif kegiatan yang memadai untuk menyalurkan berbagai potensinya.

Dengan cara pandang positif seperti itu, orang tua tidak akan emosional dalam menghadapi ketidaktertiban anak. Orang tua akan cenderung introspeksi dalam dirinya, bukan sekadar menyalahkan anak dan memberikan klaim negatif seperti kata nakal. Orang tua akan lebih lembut dalam berinteraksi dengan anak-anak, dan berusaha untuk mencari jalan keluar terbaik. Bukan dengan kemarahan, bukan dengan kata-kata kasar, bukan dengan pemberian predikat nakal.

“Kamu anak baik dan shalih. Tolong lebih mendengar pesan ibu ya Nak”, ungkapan ini sangat indah dan positif.

“Bapak bangga punya anak kamu. Banyak potensi kamu miliki. Jangan ulangi lagi perbuatanmu ini ya Nak”, ungkap seorang bapak ketika ketahuan anaknya bolos sekolah.

Semoga kita mampu menjadi orang tua yang bijak dalam membimbing, mendidik dan mengarahkan tumbuh kembang anak-anak kita. Hentikan sebutan nakal untuk mendidik anak-anak.


Oleh: Cahyadi Takariawan